apa ini cerpen? part 2
Saat itu aku dirumah budhe, karena dirumah tak ada orang. Papa masuk rumah sakit dan mama yang menjaganya. Budhe dan pakdhe pun juga sedang tak dirumah, sekitar sore tadi mereka dihubungi mama yang katanya papa sedang kritis. Aku yang tau hal itu hanya bisa diam dirumah budhe dengan sepupuku dan berharap pakdhe segera kembali dan menjemputku.
Ngiiiikkkkk… pintu terbuka..
“ayo kerumah sakit” ajak pakdhe
Segera aku bergegas dan pergi kerumah sakit bersama sepupuku. Untungnya saat itu aku libur sekolah. Libur kenaikan kelas. Jadi gak ada beban mama buat anak-anaknya sekolah.
Sampai dirumah sakit.
Aku bingung, aku cemas, aku takut. Papa ku sudah masuk diruang ICU. Semua keluarga besar ku juga berada disitu. Aku tau itu tempatnya orang kritis. Aku gak tau harus berbuat apa selain berdo’a. tiba-tiba mama memanggil adik ku dan mengajaknya melihat papa sebentar. Mereka kembali dengan isakan tangis sedih yang tak terbendung. Semakin membuat ku tak kuasa melihat adik dan mama ku hanya bisa menangis. Aku semakin gak ngrti harus berbuat apa?. Tuhan akankah aku menjadi anak yatim? Aku masih sayang mereka berdua. Aku tak ingin kehilangan salah satu dari mereka.
Aku masuk keruang tunggu dan duduk di sebelah mama dan adik ku.
“papa itu didoain biar cepet sembuh. Biar bisa kaya dulu lagi. Mama gak punya uang, mama bingung cari tambahan biaya nya papa mu” kata mama dengan muka memerah dan bersamaan dengan isakan tangis.
Semua ini semakin membuatku tak kuasa. Bergeas, aku pergi meninggalkan mereka sebentar dan aku berdiam diri dibelakang ruang ICU tersebut yang sekiranya tak ada orang yang tau aku disitu. Aku menangis, aku tak kuasa, aku tak mau kehilangan papa ku. Aku harus berbuat apa Tuhan? Aku tak bisa membantu biaya nya, aku juga tak bisa menggantikan sakitnya. Tuhan apa aku harus kehilangannya? Sekarang? Aku tak mau, siapa nanti yang akan menjadi kepala keluarga?, siapa nanti yang akan menemani mama? Dan Siapa nanti yang akan membiayai hidup kita? Aku gak mau kehilangannya L
Malam itu dirumah sakit.
Aku ikut tidur menemani mama disana. Mama pun tak mau makan malam itu. aku harus bagaimana? Membujuknya agar ia mau makan? Tetap saja segala bujukan ku dan saudara-saudara ku tak ada yang bisa membujuknya. Malam itu mama terlihat pucat, aku bingung. Ku suruh beliau tidur, tapi rupanya tidurnya tak nyenyak. Tapi akhirnya ia sempat tertidur pulas, saat tengah malam aku terbangun melihat sekitar ku.
Esok paginya…
Aku pulang untuk mandi dan ganti pakaian. Kemudian aku kembali kerumah sakit dengan membawakan beberapa bungkus nasi untuk sarapan mama dan adik.
Sesampaiku disana…
Ruang ICU sekitar jam 08.00-16.00 di buka kordennya. Sehingga, aku dan saudara bisa melihat nya dari jendela luar. Saat itu papa tampak tak sadarkan diri. Mama tetap saja bingung. Aku bingung, disini ramai. Hampir semua rekan papa datang menjenguk papa. Tapi keajaiban datang.. papa tiba-tiba membuka matanya dan sadar. Tapi belum ada respon dari papa. Mulai lah mama masuk dan menyuapi nya. Yang dikenali papa saat itu hanya mama dan adik ku. Satu-satu nya anak laki-laki yang diharapkan dikeluarga kami.
“mana oky?” Tanya papa kepada mama
“ada diluar”
“vivie mana?”
“ada kok. Nanti tak panggilin” jawab mama.
Mendengar cerita itu dari mama, aku sempat kaget. Papa dalam keadaan seperti itu masih memikirnkan anak-anaknya. Tapi sampai 2 hari aku belum bisa bertemu papa. Aku hanya tau dia dari jendela.
Sampai pada suatu hari..
Kriiiiinggggg…………….
Suara telpon dirumah budhe, bordering dan itu pasti dari mama. Ku kira ada hal yang gawat lagi. Ternyata:
“vie, gak kerumah sakit a?”
“iya, ma. Ini mau berangkat. Ada apa?”
“gak papa. Yauda cepet kesini. Papa nyariin kamu”
Dalam hati ku semakin tak kuasa. Aku harus cepat kerumah sakit. Aku yakin papa akan cepat sembuh jika disekelilingnya itu orang-orang yang dia sayangi.
Sampai ku dirumah sakit..
Hari ke 2 di ICU..
Saat itu aku tau papa dalam keadaan sadar. Mama melambaikan tangannya ke arah papa. Dan papa ternyata sudah ada respon. Aku senang. Tapi saat aku juga ikut melambaikan tangan. Papa malang melihat ku seperti orang yang tak pernah beliau kenal. Keluarga kami sangat menyukai kucing, sampai-sampai saat ada kucing lewat. Aku menggendongnya dank u tunjukan kearah papa. Tapi tetap saja papa seperti tak mengingat ku. Seolah-olah, dia ingat aku tapi dia tak ingat muka ku. Yang dihafal hanya orang yang sering bertemu dia. Mama dan adik. Aku saat itu sibuk ngurusi berbagai hal dirumah, belum lagi aku ada latihan paskibraka. Waktu itu, aku benar-benar menjadi orang yang kuat. Mama sempat tak enakkan badan. Adik juga sempat demam. Hanya aku satu-satu nya orang kuat. Pagi hari aku bersihkan rumah sendirian, setelah itu pergi kerumah sakit dengan membawakan bekal, agak siangnya aku pulang mandi dan bergegas latihan paskibraka kota yang tak bisa ditinggalkan. Disana latihan fisik teruss.. pulangnya jam 5 sore. Aku pulang kerumah dan membersihkan rumah lagi, malamnya aku menginap dirumah sakit. Selama hampir 2 minggu, seperti itu lah kehidupan ku. Selama papa dirumah sakit. Untungnya aku sedang libur.
Siang hari, saat mama hendak menyuapi papa..
Cerita dari mama :
“vivie kemana?”
“lha, tadi datang gitu lo. Yang dada-dada”
“oalah, yang bawa kucing tadi a?”
Aku miris mendengar ceritanya. Dia gak tau aku. Yang dia tau cewek yang menggendong kucing itu L. Cepet sembuh papa. L
Beberapa hari kemudian, papa mulai sehat dan hafal siapa saja keluarganya. Aku membantunya pindah dari ruang ICU ke ruang biasa. mukanya menampakkan berseri-seri, semakin menunjukkan keinginan kuatnya bisa sembuh sediakala. Sebenarnya, aku juga gak ngerti papa ku ini sakit apa. Suatu hari dia kehausan dan membeli es tebu dipinggir jalan dengan rekannya. Tapi mulai sore hari, dia mimisan tiada hentinya. Sampai udah dari dokter tetep aja netes terus. Mimisannya itu deres banget. Kayak darah mengalir yang agak padat gitu L. Terus karena sering mengeluarkan darah itu akhirnya dia masuk ruang ICU dan koma sekitar 5 hari. Yang sempat dikenali hanya mama dan adik.
Sampai di ruangan kamar biasa..
Beliau sudah mulai ceria, bisa tertawa. Alhamdulilah. Peningkatan J. Mama juga gak sesedih sebelumnya. Papa juga sudah mulai bisa jalan, walaupun agak gloyoran. Sempet bercanda sendiri juga dengan saudara saya. Alhmdulilah banget pokoknya J
Beberapa hari kemudian papa sudah boleh pulang..
Saat dirumah, kelihatannya tampak mulai sehat. Tapi aneh, hampir seharian dia tidur. Bangun hanya beberapa menit, kemuadian tidur lagi. Ditanya mama juga kanya pusing. Mama ambil langkah cepat,segera ia bawa papa kembali ke dokternya. Ternyata dosis obat papa ketinggian. Untung segera dikonsultasikan. Kalau egak, bisa-bisa over dosis L
Aku baru menikmati serumah bareng papa lagi hanya 2hari, setelah itu aku harus mengikuti kegiatan paskibra desa bahagia selama 4hari dipedalaman. Disana bener-bener di forsil banget deh tenanganya. Waktu buat istirahat aja Cuma dikit banget, makan pun juga asal-asalan. Sampai hari ke4 akhirnya aku pulang. Aku pun masih tampak sehat dan bugar. Terimakasih Tuhan, Engkau kuatkan hambamu ini, walaupun begitu beratnya cobaan yang hamba hadapi J
Komentar
Posting Komentar