#SerpihanSuratUntukR : 9. Hujan
Malang, 9 Januari 2013
Dear,
R.
#Surat ke Sembilan yang tak pernah terkirim.
Sebuah daun rapuh berwarna
kecoklatan tertiup angin kencang. Berbentuk mendekati rapuh. Tak berdaya.
Terseret kesana kemari. Menghasilkan sebuah tarian indah. Berlenggak-lenggok
dengan gemulainya. Namun, kerontang.
Duduk sebelah kanan, didekat
jendela, tempat favoritku. Bisa kulihat
gunung, awan, burung dan beringin. Melihat cerahnya pagi dan cantiknya senja.
Dari sini.
Bertebaran burung dan dedaunan kesana kemari. Beringin yang mulai
terombang-ambingkan angin. dan beberapa tetes air jatuh didepan jendela ku.
Hujan.
Tetesan demi tetesan yang dulu
selalu berkisah. Membawa kenangan, menabur harapan. Ini mengharukan.
Menyalurkan rindu melalui hujan. Menadahkan kedua tangan menghadap ke awan. Membentuk
genangan air hujan. Sambil berdoa, “Tuhan, ditakdir manakah dia akan kembali?”
Apa kita sedang di tahan hujan?
Serupa tantangan. Sebelum semua indah pada waktunya. Serupa pelangi?. pelangi yang abadi.
Akan ku tunggu sampai reda.
Berapa kalipun hujan melanda.
Komentar
Posting Komentar